TEMPO.CO, Jakarta - Limbah makanan telah menjadi salah satu masalah besar di dunia. Setidaknya sebanyak 1,3 miliar ton sisa makanan akan dibuang setiap tahunnya. Padahal, limbah makanan ini bisa berdampak buruk bagi lingkungan dan makhluk hidup.
Menurut pakar isu pangan dari Indonesia Berseru Tejo Wahyu Jatmiko, makanan yang terbuang ini bisa menimbulkan gas metana. “Gas metana adalah salah satu penyebab global warming. Ini tentu membahayakan lingkungan dan makhluk hidup,” katanya dalam acara Tempo Media Week di Jakarta pada Sabtu, 7 Desember 2019.
Untuk itu, penting bagi kita untuk menerapkan gaya hidup anti membuang makanan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan membatasi diri dari mengambil makanan terlalu banyak. “Ambil secukupnya saja. Lebih baik tambah daripada nanti tidak habis dan jadi terbuang,” ungkapnya.
Membungkus dan memberikannya pada orang sekitar bisa menjadi alternatif lain dari membuang makanan. Tejo mengatakan bahwa masih tinggi rasa malu masyarakat untuk membungkus. “Biasanya kalau tinggal sedikit malu untuk bungkus. Padahal nilai dari makanan itu bukan karena kuantitasnya, tapi nanti dampaknya,” tegasnya.
Memanaskan kembali makanan juga disarankan Tejo. Menurutnya, banyak orang yang takut untuk mengkonsumsi makanan bekas kemarin karena nilai gizi telah berkurang. “Padahal makanan itu sebenarnya tetap bagus asalnya tidak basi dan busuk. Jadi konsumsi saja selama dia masih layak makan walaupun sisa kemarin,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA